Sejarah FIlsafat Yunani

Sifat-sifat Bangsa Yunani


1. Dari segi geografis

Permukaan wilayah yunani melingkupi pesisir di Asia Kecil sampai dengan pulau SIlsila serta Italia selatan, bahkan daerah Kyrene di daratan Afrika. Luasnya wilayah itu dihasilkan karena orang yunani dari tanh airnya di daratan Eropa berpindah ke tanah asing. Perpindahan itu disebabkan oleh penyerbuan suku Doria ke dalam daratan Yunani (1100-1000 SM). Kemudian kaibat alasan2 ekonomis (750-500s.M). DAratan Yunani sebagian besar terdiri dari pegunungan yang gundul dan kurang sekali tanah yang bisa diolah. Maka itulah orang Yunani menjadi pelaut yang pandai, terpaksa merantau ke daerah yang asing.

Kemudian tumbuhlah Graecia Magna (Yunani Besar). Namun perpindahan tempat itu tak boleh dianggap sebagai daerah jajahan. Dikarenakan adanya hubungan khusus dengan kota/daerah yang didirikan oleh perantau, dan kota/daerah tersebut memiliki otonomi lengkap.


2. Dari Segi Politik Sosial

Bangsa yunani selalu menyadari bahwa mereka berlainan dengan bangsa-bangsa lain, sehingga mereka mempertentangkan Yunani dengan Barbaros (Barbar). Barbar bagi mereka tidak memiliki suatu arti yang menghina. Warga kebudayaan Mesir/Babylonia termasuk kaum barbar. Bagi bangsa Yunani kata barbarous memiliki arti “asing”. Seorang barbarous adalah seorang asing yang tak berbicara Bahasa Yunani mirip dengan “bar,bar” saja. Orang barbar ialah bawahan saja, bukan warga negara yang sejati atau dikatakan sebagai budak. 

Orang yunani berlainan dengan bangsa asing, karena dia hidup dalam polis. Kata polis yang merupakan asal usul untuk kata2 indonesia seperti “politik”,”politikus”,”polisi” tak mudah untuk diterjemahkan ke Bahasa modern. Suatu polis ialah suatu negara kecil atau suatu negara-kota, tapi serentak polis juga menunjuk pada rakyat yang hidup dalam negara kota itu. Polis timbul sebagai suatu bentuk kemasyarakatan baru antara abad ke-8 dan ke-7, dan cepat berkembang jadi Yunani memiliki ratusan negara-kota semacam itu. Permukaan tanah dari polis tidak besar. Suatu polis melingkupi satu kota dan mungkin beberapa desa. 


a. Polis sebagai lembaga poitik
Pengorganisasian polis tak selalu ada di mana mana pun diadakan dengan cara yang persis sama. Tetapi biarpun ada cukup banyak perbedaan satu sama lain, namun seluruh dunia Yunani selalu polislah yang merupakan pusat segala kearifan dalam bidang ekonomis, sosial, politik dan religious. Pada uumnya boleh dikata bahwa polis ditandai oleh ciri ciri berikut ini : otonomi, swasembada dan kemerdekaan. Sepatah kata untuk menerangkan masing masing.


1. Kata otonomi harus dimengerti di sini dalam artinya yang asli: mempunyai hukum (nomos) sendiri. Orang yang memberi hukum kepada suatu polis tertentu dianggap juga sebagai pendiri polis bersangkutan. Seorang Yunani merasa bangga bahwa dia diperintah menurut hukum dan ia membenci segala kesewenang-wenangan.


2. Swasembada (orang yunani mengatakan auterkeia) dalam bidang ekonomis, sehingga mereka tak tergantung pada negara lain, sungguhpun tak selalu berhasil direalisasikan, namun tetap merupakan suatu ideal yang hakiki untuk polis yunani. 


3. Kemerdekaan politik tampaklah dalam cara pemerintahan. Lembaga lembaga terpenting dalam bidang politik adalah sidang umum (ekklesia), dewan harian (bule) dan badan badan pengadilan (dikasteria). Dalam sidang umum semua warga negara berhak mengambil bagian. Kalau sidang umum memainkan pernanan dominan, cara pemernitah demikian boleh disebut demokrasi. Dalam abad ke-5 dan ke-4 Athena mencapai puncaknya dengan bentuk pemerintahan ini. Kalau dewan harian memainkan peranan dominan, cara pemerintahan adalah oligarki atau aristrokasi. Sepanjang sejarah polis tak jarang terjadi bahwa pemerintahan jatuh dalam tangan satu orang. Nama yang diberikan orang Yunani kepadanaya adalah tyrannos. Tetapi bagi mereka nama ini belum mempunyai arti kurang baik seperti nama “tiran” (inggris : tyrant) dalam Bahasa-bahasa modern: seorang lalim. 

Yang penting ialah bahwa tyrannos sebagai penguasa juga tergantung hukum dan tak dapat bertindak sembarangan. Karenanya perbedaan dengan kerajaan kerajaan timur tetap ada. Dan boleh ditambah lagi bahwa pemerintahan seorang tyrannos biasanya tak tahan lama. 



b. Polis sebagai latar belkaang untuk timbulnya filsafat
BErdasarkan pengorganisasian polis ini, kebudayaan Yunani ditandai dengan beberapa ciri yang menciptakan suatu iklim yang emmudahkan timbulnya sikap ilmiah. Tiga ciri boleh disebut di sini, yang tentu tidak terlepas satu sama lain.


1. Dengan susunan polis yang diterangkan di atas, logos mendapat kedudukan istimewa dalam masyarakat Yunani. Kita sudah melihat bahwa logos serentak berarti rasio dan serentak juga sabda atau Bahasa. Karena dengan terjemahan ke dalam Bahasa-bahasa modern, kedua arti tersebut tak dapat dipertahankan sekaligus dalam konteks ini terpaksa kita harus menyalin kata logos dengan “sabda” atau “Bahasa”. Pada bangsa Yunani, fungsi tertinggi dari Bahasa tak merupakan lagi suatu fungsi keramat dalam upacara-upacara agama sebagaimana sering terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan kuno. Dalam susunan polis yunani. Bahsa memainkan peranan terpenting sebagai alat politik. Keputusan-keputusan dalam sidang umum dan dalam sidang pengambilan diambil atas dasar diskusi. Dalam suasana demikian, yang penting ialah meyakinkan khalayak ramai dengan kemahiran berbahasa dan argumentasi yang cerdik, sebab  pada akhirnya sidanglah yang akan memutuskan yang mana dari dua pidato dapat dibenarkan. 

Dengan demikian hubungna antara politik dan logos menjadi erat sekali. Hal ini mengakibatkan suatu refleksi tentang penggunaan Bahasa yang akan melahirkan aliran Sofistik dan ilmu retorika. Dan justru karena refleksi itu, bagi Aristoteles jalan telah erbuka untuk menciptakan suatu logika sistematis, di mana diselidiki peraturan-peraturan yang berlaku untuk membuat argumentasi dan syarat syarat bagi pengetahuan ilmiah pada umumnya. 

Post a Comment

0 Comments